Tak kenal maka tak sayang, adalah ungkapan yang paling tepat untuk
menjelaskan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap batik. Motif kain
tradisional warisan nenek moyang kita ini memang banyak dipakai, namun
sedalam apakah Anda mengerti 'apa' yang Anda kenakan?
Batik yang sebenar-benarnya, tidak mungkin berharga Rp 30 ribuan. Ia tidak bisa dijual grosiran dengan harga murah. Dan yang terpenting, ia tak bisa sama satu sama lain. Jika sama, sudah pasti Anda sedang memakai batik tiruan yang dijual massal.
"Yang penting pakai batik," mungkin menjadi reaksi kebanyakan orang. Namun tahukah Anda proses membuat batik tidak semudah itu? Ia memerlukan ketelatenan menggunakan canting untuk menorehkan garis lilin malam yang memicu peluh. Belum lagi proses pewarnaan yang begitu rumit yang disebut loroh.
Dengan mengenakan batik tiruan, secara tidak langsung Anda berhenti mengonsumsi batik otentik yang dibuat para pengrajin. Otomatis roda industri akan berhenti secara perlahan dan motif batik yang tersisa hanyalah kopian semata.
Ulasan khusus Wolipop hari ini, Selasa (27/11/2012) mengangkat Batik. Mulai dari eksistensinya di kalangan pejabat, statusnya yang 'katanya' mendunia, hingga upaya beberapa orang untuk melestarikannya lewat pengenalan ke generasi muda.
Kamipun mengamati apa saja batik yang dikenakan para petinggi negara dan mengungkap makna di baliknya. Selebriti pun punya interpretasi sendiri lewat batik sebagai aktualisasi diri. Tidak ketinggalan memahami lebih dalam eksklusivitas selembar batik mentah yang mencapai harga puluhan juta rupiah. Wow!
Jika Anda memiliki segenggam waktu untuk mengenal bagaimana upaya yang dibuat para pengrajin hingga makna-makna yang tersimpan di dalam kurang lebih 3.300 motif batik, pastinya akan terkejut. Betapa selama ini kita telah perlahan mematikan lahan usaha para pengrajin batik di pedalaman namun berseru memperjuangkannya saat terancam diambil negara tetangga.
sumber:wolipop.com
Batik yang sebenar-benarnya, tidak mungkin berharga Rp 30 ribuan. Ia tidak bisa dijual grosiran dengan harga murah. Dan yang terpenting, ia tak bisa sama satu sama lain. Jika sama, sudah pasti Anda sedang memakai batik tiruan yang dijual massal.
"Yang penting pakai batik," mungkin menjadi reaksi kebanyakan orang. Namun tahukah Anda proses membuat batik tidak semudah itu? Ia memerlukan ketelatenan menggunakan canting untuk menorehkan garis lilin malam yang memicu peluh. Belum lagi proses pewarnaan yang begitu rumit yang disebut loroh.
Dengan mengenakan batik tiruan, secara tidak langsung Anda berhenti mengonsumsi batik otentik yang dibuat para pengrajin. Otomatis roda industri akan berhenti secara perlahan dan motif batik yang tersisa hanyalah kopian semata.
Ulasan khusus Wolipop hari ini, Selasa (27/11/2012) mengangkat Batik. Mulai dari eksistensinya di kalangan pejabat, statusnya yang 'katanya' mendunia, hingga upaya beberapa orang untuk melestarikannya lewat pengenalan ke generasi muda.
Kamipun mengamati apa saja batik yang dikenakan para petinggi negara dan mengungkap makna di baliknya. Selebriti pun punya interpretasi sendiri lewat batik sebagai aktualisasi diri. Tidak ketinggalan memahami lebih dalam eksklusivitas selembar batik mentah yang mencapai harga puluhan juta rupiah. Wow!
Jika Anda memiliki segenggam waktu untuk mengenal bagaimana upaya yang dibuat para pengrajin hingga makna-makna yang tersimpan di dalam kurang lebih 3.300 motif batik, pastinya akan terkejut. Betapa selama ini kita telah perlahan mematikan lahan usaha para pengrajin batik di pedalaman namun berseru memperjuangkannya saat terancam diambil negara tetangga.
sumber:wolipop.com
No comments:
Post a Comment